Di Dili ada ritual gulung tikar, dimana biasanya ada suatu masalah dan diselesaikan secara baik-baik dengan duduk – duduk di atas tikar. Contoh saat tahun 2006 lalu terjadi konflik besar di Timor Leste, pemerintah di sana sampai mengadakan acara gelar tikar besar bersama para ketua adap masing-masing distrik yang total distrik di Timor Leste itu ada 13 distrik. Di sana masing-masing distrik memberi pendapat berupa masukan dan solusi untuk penyelesaian masalah yang ada. Tidak hanya gulung tikar yang menjadi budaya di sana , pemberian kain/selendang berpola cantik bernama tais pun asli budaya Timor Leste yang biasanya dikalungkan ke atas pundak tamu-tamu besar sebagai simbol penghormatan.
Sekarang kita berbincang seputar Tais, kain asli Timor Leste. Polanya hampir mirip dengan pola kain dan kerajinan tangan diAmbon dan NTT. Nah Tais ini merupakan symbol penghormatan untuk tamu-tamu besat yang dating ke Timor , sama seperti yang dilakukan wilayah Indonesia bagian Timur. Kombinasi budaya Indonesia dengan pulau-pulau bagian timur mempunyai suatu istilah, yaitu Melanensia. Ya, semacam akulturasinya. Tais digunakan juga untuk membawa tarian adapt di Timor Leste, yaitu bernama Tari Bidu, Tari Bidu ini sudah ada juga yang menjadi Tari Bidu kontemporer akan tetapi hanya berada di Dili, belum menyentuh distrik yang ada di Timor Leste. Ini contoh Tais dan Tari Bidu :
Ini Pengiring Tari Bidu dengan memakai Tais yang ada di foto Kiri, dan foto Kanan merupakan Tarian Bidu Kontemporer.
Setelah Tais, kita ganti arah ke Tari Bidu, dimana ini merupak tari tradisional dari zaman dahulu, para perempuan membawa dan memainkan semacam gendang kecil yang dapat di taruh antara siku dan ketiak , bahannya berlapis kulit kerbau Timor , pengiring ini disebut Babadok. Laki-laki disini memakai tais yang dibuat semacam sarung, dan biasanya dipakai tanpa menggunakan baju, berdansa sambil memegang samurai. Tari ini pasti ada di setiap acara besar , dan ritme permainan “Babadok” nya berbeda-beda untuk tiap distrik, karena masing-masing distrik mempunyai ritmenya sendiri. Tari bidu ini sudah berkembang menjadi beberapa kelompok coreo, yang mencampur tarian bidu dengan tarian modern. Dan ternyata, masyarakat di Timor mempunyai ketertarikan dalam seni yang lumayan tinggi kata Gomez, ini adalah sebuah komunitas seni bernama “Arte Moris” yang sudah sangat terkenal di Timoe Leste. Mereka telah disponsori oleh banyak NGO2 asing dan sering melakukan expo semacam Institut SeniIndonesia .
Bahasa merupakan alat vital komunikasi, di sini pun saya cukup lancar mengerjakan tugas dan InsyaAllah tidak ada kesalahan dalam menginterpretasi dari percakapan saya dan Gomez, dengan bahasa Indonesia . Gomez lancar dan paham bahasa Indonesia , akan tetapi dia pun tau serta paham bahasa Tetun (asli Timor Leste) dan bahasa portugis. Dua bahasa ini sudah dijadikan official language di Timor. Sebenarnya bahasa Tetun ini juga ada yang memakai di Indonesia , ketika saya mencari lagi di wikipedia tentang bahasa Tetun ini. Walau acara resmi menggunakan bahasa Indonesia , akan tetapi keseharian di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur memakai bahasa Tetun. Bahasa Tetun merupakan bahasa asli Timor Leste yang dulunya belum bergabung dengan Indonesia dan merdeka lagi di tahun 2002. Menurut Gomez 40% dari bahasa Tetun merupakan bahasa Portugis itu sendiri. Jadi hamper mirip kata-kata di Tetun dengan Portugis. Di Dili mengapa Portugis dijadikan official language, karena Timor Leste bekas jajahan Portugal dan sekarang Timor Leste masuk dalam komunitas Negara berbahasa Portugis sedunia yang disebut “CPLP”. Dan di Dili pula banyak yang mencampur bahasa Tetun dengan bahasa Indonesia, bahasa Tetun dengan bahasa Portugis dan bahasa Tetun dengan bahasa Inggris, tergantung enaknya masyarakat di sana dalam mencampur bahasa, karena dalam bahasa Tetun banyak kalimat yang tidak ada jadi menggunakan bahasa lain. Misalkan :
“Ita ne sente terpojokkan ho inimigo” ini merupakan bahasa Tetun dengan campuran bahasa Indonesia .
Sebenarnya di sekolah-sekolah negeri (dan sebagian swasta juga), hingga sampe 2007 itu kurikulum di sekolah yang ada diTimor masih memakai kurikulum bahasa Indonesia . Peraturan baru mulai 2007 , semua sekolah wajib menggunakan kurikulum portugis, jadi semua pelajaran pake bahasa portugis. Dan inilah sebabnya mengapa orang Dili lebih sering mencampur bahasa Tetun dengan bahasa Indonesia, ada satu alasan lagi yaitu karena di Timor masih banyak orang yang menonton saluran TV Indonesia, misalkan SCTV, RCTI, TransTV,dll. Karena mereka memakai parabola semua di rumah masing-masing. Mereka pun update tentang perkembangan dan hal yang sedang banyak dibicarakan oleh Indonesia .
Masih berhubungan dengan bahasa, inilah contoh bahasa Tenun, bahasa Portugis dan bahasa Indonesia :
Bahasa Tetun -> Ha’u hadomi kultura ha’u nia rain nian
Bahasa Portugis -> Eu amo a cultura da minha nacao
Bahasa Indonesia -> Aku cinta budaya negaraku
Selesai tentang bahasa, kita masuk ke aliran seni musiknya, di Timor ternyata aliran musiknya hampr sama dengan Indonesia . Contohnya lagu yang dibawakan oleh gereja di Dili aliran musiknya sama dengan lagu-lagu gereja di NTT. Lagu-lagu yang bersemangat dan ceria lalu diiringi oleh gendang, gitar dan organ. Selain itu band di Timor Leste mempunyai aliran yang sama dengan Indonesia misal noah, nidji dan slank.BU